Ditengah
keramaian taman kota, terlihat sepasang insan tengah berbincang.
“Bunga,” ucap Aldi, seorang pria
yang tengah duduk disampingnya. “iya?” sahut gadis bernama Bunga tanpa menoleh.
“menurut loe, mimpi itu apa?” tanya pria itu. “Eum… menurut gue, mimpi itu
halusinasi ketika loe sadar, dan disaat loe tidur halusinasi itu kebawa kealam
bawah sadar loe”. “spesifik juga, tapi gue belum pernah berhalusinasi tentang
mimpi ini sebelumnya.” Ujar Aldi. “emangnya loe mimpiin apa Di?” tanya Bunga
penasaran. “semalem gue baru aja mimpi, dan di dalam mimpi gue itu gue ketemu
sama cewek pake hijab, tapi gue lupa sama mukanya.” Jelas Aldi sambil
mengingat-ingat.
“Jangan-jangan…
cewek itu gue?” tebak Bunga. Mendengar perkataan Bunga barusan, membuat Aldi
geleng-geleng tak percaya. “gue rasa loe deh yang berhalusinasi, mana mungkin
cewek preman kayak loe mau bertobat pake hijab kayak gitu” cercanya. “Loe gak
pernah denger kata pepatah ya? Bahwa sekeras-kerasnya karang, akan hancur juga
oleh hantaman ombak. Apalagi gue, yang statusnya sebagai manusia, pasti akan
bisa berubah. Asalkan…” Bunga sengaja mengantung perkataannya. “Asalkan apa?
Loe kalo ngomong jangan setengah-setengah gitu dong.”. “Asalkan… ada orang yang
mau merubah sifat gue jadi lebih baik lagi.” Sambung Bunga. “Yaudah kalo gitu
cepet-cepet deh loe rubah sifat loe itu, soalnya gue udah muak punya temen
mantan preman pasar kayak loe.” Ungkap Aldi kemudian cepat-cepat menjauh dari
gadis itu untuk menghindari pukulannya. “ALDIII!!!” teriak Bunga sambil
mengejar Aldi yang mulai menghilang.
* * *
“Ah gue bosen
udah 3 tahun kuliah dikampus ini, tapi yang diliat itu-itu… aja” Gumam Aldi.
“Ya kalo loe bosen, kenapa loe gak pindah aja kekampus lain.” Saran Bunga. “Ide
loe boleh juga. Tapi kalo nanti gue beneran pindah, gimana sama nasib loe?
Pasti loe bakalan kurus kering gak makan berhari-hari karena mikirin gue”.
“Biarpun gue kurus, paling gak gue bisa senang karena gak ada lagi orang yang
usil sama gue dikampus ini.” Balasnya cuek. “Okehhh gue pegang omongan loe!”
tegas Aldi.
Sesaat mata Aldi
menangkap keberadaan seorang gadis yang tengah berteduh dibawah pohon. “Sempurna…”
itulah kata yang keluar dari mulut pria itu sebagai gambaran dari apa yang ia
lihat. “Hmm? Apa yang sempurna?” tanya Bunga heran. “Mata loe belom rabun kan?”
Aldi menegaskan. “Apaan sih loe, ya belom lah!” gerutu gadis itu. “Kalo gitu
loe bisa liat sendiri cewek yang ada dihadapan loe sekarang.” Perintah Aldi
yang menyuruh Bunga untuk menurutinya. “Ohh cewek hijab. Kenapa emangnya?”
tanya Bunga cuek. “Sungguh pemandangan yang indah. Gimana kalo gue deketin dia
sekarang?” ucap Aldi seolah minta restu dari Bunga. “Loe gak lagi minta restu
kan sama gue? Mau loe deketin dia kek, jauhin dia kek, bukan urusan gue” Sahut
Bunga. “Kalo gitu loe pilih mana? Kanan atau kiri?” tanya Aldi meminta
pendapat. “Kanan,” jawab Bunga cepat. “Bagus. Itu artinya gue harus maju”.
“Kalo gue pilih kiri? Itu artinya apa?” Bunga balik bertanya. “Maju,” Sahut
pria itu. “Loe ngerjain gue ya?” geram Bunga. “Plis, jangan dibahas sekarang.
Yang harus gue lakuin sekarang adalah… Maju!” Tanpa mendengar ocehan berikutnya
yang keluar dari mulut Bunga, pria itu sudah lebih dulu pergi. “Pergi aja loe.
Gak usah balik-balik lagi!” teriak Bunga.
“Panas ya?”
Tanya Aldi yang lebih tepat disebut sebagai basa basi. Gadis itu menoleh
mendengar ucapan Aldi kemudian mengangguk. “Kalo boleh tau, mau kemana?”
tambahnya. “Lantai 3 kelas manajemen,” Sahut gadis itu. “Kalo gitu, ayo aku
anter!”. “Gak usah. Aku bisa pergi sendiri kok.” Tolak gadis itu. “Aku tau kamu
bisa pergi sendiri, tapi aku gak bisa biarin kamu pergi sendiri”. Sepertinya
pria itu kini mulai mengeluarkan jurus modusnya. “Terima kasih” ucap gadis itu
akhirnya. “Ayo, biar aku anter!”.
“Kamu udah masuk
semester berapa?” Tanya Aldi sepanjang jalan. “Baru semester 4” Jawab gadis
itu. “Kalo gitu aku senior kamu dong yah? Ngomong-ngomong, kok baru keliatan
hari ini?”. “Mungkin kakaknya aja yang baru ngeliat aku” kata gadis itu lemah
lembut. “Hmm… mungkin. Kalo boleh tau, nama kamu siapa?” tanya Aldi yang sontak
membuat langkahnya terhenti. “Rana kak,” tutur gadis itu tanpa menatap lawan
bicaranya, karena dia tau kalau saat ini pasti Aldi tengah menatapnya. “Aku
Rifaldi, panggil aja Aldi.”. Rana mengangguk kecil kemudian melanjutkan
langkahnya.
* * *
“WOY!!!”
Teriak Aldi berusaha mengagetkan Bunga yang tengah membaca buku. “Berenti
ngejailin gue, gak lucu!” Ucapnya ketus. “Kenapa sih loe, lagi dateng bulan?
Apa loenya yang datengin bulan?” ledek Aldi yang sama sekali tak merubah raut
wajah Bunga. “Gimana usahanya? Berhasil?” Gumam Bunga mengalihkan pembicaraan. “Kok
ngomongnya jadi kearah sana? Gue jadi curiga nih, atau jangan-jangan… sikap
cuek loe barusan, karena loe cemburu sama gue?” Selidik Aldi. “GAK! Mana
mungkin gue cemburu sama loe. Yang ada mau muntah gue!” geramnya sambil menutup
sampul buku. “Loe cemburu sama gue sampe akhirnya loe mau muntah. Itukan yang
loe maksud? Penjelasan loe kurang spesifik” Kata Aldi yang terus-terusan
menguji kesabaran Bunga. “Ihhh nyebelin banget sih loe! Pergi sana. Dasar
saiko!” usir Bunga dengan tegas, namun senyuman tipis jelas terlihat dibibir
mungilnya.
Sepulang
dari kampus, pria itu lantas membaringkan tubuhnya di atas ranjang yang
berukuran king size. Matanya tak henti menatap langit-langit atap. Sepertinya
ada sesuatu yang sedang dipikirkan. Apalagi kalau bukan gadis bernama Rana yang
baru saja ia kenal tadi siang. Kini bukan hanya bola matanya yang
bergerak-gerak, tapi juga posisinya. Mulai dari berbaring, duduk, berdiri,
hingga berbaring lagi. Yang ada di pikirannya cuma satu. Yaitu gadis berhijab
bernama Rana. “Rana? Apa mungkin dia gadis yang ada di dalam mimpi gue?” Gumam
Aldi.
* * *
Disaat
Aldi sedang jalan beriringan dengan Bunga, tiba-tiba saja Rana lewat. Sontak
Aldi langsung mengejarnya dan meninggalkan Bunga bahkan mengabaikan
panggilannya.
“Rana, tunggu!”. Mendengar namanya
dipanggil, gadis itu berhenti dan menoleh keasal suara. “Kak Aldi. Ada apa
kak?” tanya Rana. “Nanti siang aku mau ngajak kamu ke suatu tempat. Bisa kan?”.
Rana tidak langsung menjawab, ia berfikir sejenak kemudian berkata, “Iya kak
aku bisa, tapi maaf karna aku gak bisa lama-lama”. “Syukur deh. Iya gak apa-apa
kok. Yaudah nanti aku samper ke kelas kamu yah,”. Rana mengangguk. “Yaudah ya
ka. Aku duluan.” Pamitnya. “Iya,” Sahut Aldi mengantar kepergiannya.
* * *
“Kenapa
kakak ngajak aku kesini? Apa ada yang mau kakak omongin?” Tanya Rana. “Rana.
Mungkin ini terlalu singkat, karena baru kemarin juga kita kenalan. Tapi dari
apa yang kakak tau, cinta pada pandangan pertama itu nyata. Buktinya saat ini
kakak ngalamin. Kakak mau bilang, kalo kakak suka sama kamu.” Ungkap Aldi.
“A-apa kak?” tanya Rana gugup. “Kakak suka sama kamu, bahkan bukan sejak
kemarin ataupun saat ini, tapi sejak kamu muncul dalam mimpi kakak pertama
kali.”. Rana terdiam tak tau harus berkata apalagi. Sampai akhirnya Aldi
kembali angkat bicara, “Apa kamu mau jadi teman hidup kakak?”. “Sama seperti
kakak, aku juga percaya kalau cinta pada pandangan pertama itu ada. Dan aku
juga ngerasain hal yang sama waktu pertama kali kakak nyapa aku. Tapi aku
sangat menghargai jilbab ini, dan aku harap kakak juga mau menghargainya. Untuk
itu, kita jalani apa adanya.”. Mendengar ucapan luar biasa Rana, membuat Aldi
semakin jatuh cinta padanya. Kini mereka benar-benar tersenyum bahagia.
Berbanding terbalik dengan gadis yang entah sejak kapan tengah menguping dari
balik pohon dengan segala kesedihannya. Ya, dia adalah Bunga, seorang gadis
yang statusnya hanya sebagai sahabat Aldi.
Ditengah
asyiknya Aldi dan Rana yang sedang mengobrol, datanglah Bunga dengan wajah
berbinar-binar. “Aldi,” Sapa Bunga. Mendengar namanya dipanggil, Aldi pun
menoleh. “Bunga?” Aldi bergumam tak percaya akan apa yang dilihatnya saat ini.
Kini Bunga merubah penampilannya, dari yang dulunya gemar memakai rok mini,
kini berevolusi menjadi rok panjang lengkap dengan hijabnya. “Loe udah ketemu
sama orang baik yang mampu merubah penampilan loe sampe kayak gini?” tanya Aldi
histeris. Bunga menggangguk senang. “Siapa?” Tambah Aldi. “Elo,” Sahut Bunga
singkat, jelas, dan padat. Aldi tertegun mendengarnya. “Apa maksud ucapan loe
barusan?” Kata Aldi balik bingung. “Gue berhasil ngerubah penampilan gue sampe
kayak gini itu semua berkat loe Di. Loe adalah orang terbaik yang pernah gue
kenal. Maksud gue cowok terbaik yang berhasil bikin gue kagum sampai akhirnya
gue suka sama loe.” Ungkap Bunga. “Loe jangan main-main sama ucapan loe. Gue
ini cuma sahabat loe dan loe juga tau itu kan?”.
“Iya
gue tau itu, tapi bukannya cinta itu gak mengenal status?” Bunga menentang.
“Sorry Bunga, bukannya gue gak ngehargai perasaan loe. Tapi gue cintanya sama
Rana bukan sama loe.” Jelas Aldi. Kalimat yang keluar dari mulut Aldi
benar-benar mampu melukai hati Bunga dalam sekejap. Kini cairan bening telah
sampai dipipi mulusnya. Rana yang menyaksikan kejadian itu tak bisa tinggal
diam. “Kak Aldi, kenapa kakak ngomongnya kayak gitu? Itu bisa nyakitin hatinya
Kak Bunga”. “Rana, kamu harus tau. Ketika pria tidak menyukai seorang gadis,
maka dia akan menolaknya saat itu juga. Meskipun ia tau kalau ucapannya mampu
melukai hati gadis itu, tapi itu yang terbaik dibandingkan dia harus
berpura-pura suka kemudian memutuskannya dengan alasan tak pernah cinta.”.
Karena tak sanggup lagi menahan sakit hati, Bunga memilih pergi dan berlari.
* * *
“Bunga,”
panggil Aldi menghampiri. “Gue mau terus terang sama loe. Loe kelihatan cantik
kalo pake hijab kayak gini. Jujur, gue benar-benar kagum sama loe. Karena loe
punya keyakinan buat ngerubah sikap serta penampilan sampe kayak gini. Tapi niat
loe itu salah, loe ngelakuin semua ini karena seseorang. Gue lebih suka sama
cewek yang apa adanya, tanpa harus meniru gaya orang lain. Sekarang gue harap
loe bisa ngerti, gue menyukai loe sebagai sahabat.”. Tutur kata Aldi sangat
menyentuh bagi Bunga, karena selama ini belum pernah ada seseorang yang
mengatakan hal sejujur ini padanya. Tanpa berhenti menangis, Bunga berhambur ke
dalam pelukan Aldi.
END
#Pesan Moral :
Mencintai
dan dicintai adalah suatu hal yang berbeda. Hanya ada 2 kemungkinan untuk membuatnya
sama. Jadilah diri sendiri, maka engkau akan dicintai. Dan jadilah orang lain,
maka engkau yang akan mencintai.
Ceren karangan: Sinta Bela
Judul: Karena Hijabmu
Blog: Starnightbloggeradreass.blogsot.com

Mantabz dah hehe.... Mampir to my blog's
BalasHapusApa nama blog luh???
Hapus