Translate

Sabtu, 26 November 2016

Make Me Fall In Love With You Part 1


Orang bilang cinta itu SIMPLE . Kata siapa??

Buktinya begitu gue ngerasain sendiri,

Ternyata cinta itu rumit. Serumit-rumitnya rumus matematika,

Lebih rumit lagi rumus cinta….

#Make Me Fall In Love With You

Dari kejauhan 300 meter, tampak sepasang kekasih yang bisa disebut baru jadian 1 minggu tengah melangkah lurus menuju kantin. Lisa terus berjalan sambil tersenyum bangga menggandeng pacar barunya. Senyum dibibirnya semakin melebar tiap kali mendapati kalimat pujian yang dilontarkan oleh teman-temannya, sesekali matanya melirik sosok yang berjalan di sampingnya. Menurut pria itu, menyetujui taruhan ini adalah keputusan yang tepat. Terbukti saat ini Lisa telah jatuh dipelukan Rava, bukankah itu sudah jelas, bahwa hanya Rava lah yang berhak menerima julukan Playboy In University.

Begitu mereka menginjakkan kaki dikantin, seperti biasa langsung menarik perhatian semua orang. Mulailah terdengar bisikan-bisikan membicarakan tentang keduanya. “Kok kita malah duduk bareng sama teman-teman kamu sih” Bisik Lisa merasa risih karena ditatap oleh ketiga sahabat karibnya Rava.”Oh, itu karena gue punya kejutan buat loe. Bener gak guys?” Tanya Rava sambil tersenyum misterius kearah teman-temanya.

“Oh ya?” Tanya Lisa dengan wajah tampak bercahaya. ”Ya… gue sih gak yakin loe suka. Tapi kalo kaget, bisa jadi.” .”Apa itu?,”tanya Lisa sambil mengernyitkan dahi semakin penasaran dibuatnya.”gue mau kita PUTUS,”Kata Rava singkat, jelas dan padat. “Apa!,” kali ini nada kaget yang keluar dari mulut Lisa. “loe gak denger, gue bilang apa barusan?,” kata Rava sedikit emosi. “iya aku dengar, tapi… kenapa kita harus putus?,”. “Sebenarnya nih ya, gue males banget pacaran sama loe kalo bukan karena teman-teman gue yang udah berbaik hati buat ngadain taruhan. Mereka bilang kalo aja gue bisa naklukin elo dalam sekali tembak kemudian mutusin di depan umum, gue akan menang taruhan. Yaa gue pikir kenapa enggak, malu dong gue kalo pencetak recore playboy gak bisa naklukin hati cewek secantik apapun,” Aku Rava sambil menadahkan tangannya kearah Irvan, sahabat karibnya yang sedang duduk berhadapan. Dan detik berikutnya lembaran uang ratusan sudah tertera disana.

“Makasi ya, atas kerja samanya. Sekarang loe boleh pergi”. Refleks tangan Lisa melayang. Namun belum sempat mendarat diwajah Rava, tangannya sudah lebih dulu mencekalnya.”loe pikir elo siapa, berani-beraninya nantangin gue hah?” kata Rava lirih namun penuh penekanan. “Asal loe tau aja, image loe sebagai cewek idola dikampus ini yang KATANYA selalu nolakin cowok ternyata cuma gosip murahan. Buktinya loe dengan gampangnya bertekuk lutut dihadapan gue sekarang” Sambung Rava lagi.


“Sialan loe. Dasar brengsek!!!” Geram Lisa sambil menghempaskan tangannya membuat cekalan Rava terlepas. “Oya? Makasi atas pujiannya barusan” Balas Rava santai. ”dengar ya, gue akan pastiin loe menyesali atas apa yang udah loe perbuat sama gue hari ini.” Ancam Lisa dengan wajah memerah. Entah karena terlalu marah atau malu karena kini tengah menjadi objek tontonan bagi anak-anak yang lain.”Kita liat aja nanti” Rava cuek. Dengan kesal Lisa berlalu membawa sejuta dendam dan sakit hatinya. Sementara Rava sendiri justru malah tertawa diikuti ketiga teman-temannya.

“Wow… sulit dipercaya, ternyata loe beneran berhasil menaklukannya” komentar Irvan sambil menggeleng kagum menyaksikan drama action yang baru saja terjadi dihadapannya. “Kenapa enggak? Lagian tuh cewek juga gak bener-bener ngejaga image kok, dianya aja yang bodoh udah tau gue playboy ngapain coba masih ditanggepin,”sahut Rava menyombongkan diri. ”Apa loe tertarik untuk melakukan taruhan lagi?,” kali ini Andre yang angkat bicara. Rava terdiam. Matanya melirik lembaran merah yang berada ditangannya. Setelah berpikir sejenak ia kembali berujar. “Jika kalian siap untuk kalah lagi”. “wow pede sekali” komentar Irvan. ”jadi apa taruhan mainnya?” tanya Rava lagi. Andre tidak langsung menjawab. Wajahnya terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu. Dan tiba-tiba saja muncul senyum misterius dari bibirnya.

“Sebelum gue jawab, gue pengen nanya sekali lagi. Rava, loe siap untuk ber’main?” tanya Andre sambil menoleh kearah Rava. Rava hanya mengangguk. “Apapun?” tambahnya. “Apapun selama itu masih terkait dengan ketenaran gue sebagai playboy!” balas Rava membuat temannya mencibir mendengarnya. “Baiklah, taruhannya sepuluh juta. Deal?” Tanya Andre lagi. “Tunggu dulu. Loe belum menentukan apa permainannya?” potong Rava. “Baiklah, kalian lihat persimpangan dikoridor sana?” tunjuk Andre. ”Iya. Kenapa?” Irvan masih terlihat bingung. ”Loe” tunjuk Andre pada Rava sekali lagi. “Harus bisa menaklukan siapapun yang pertama kali muncul dibalik tembok itu”. “Apa???” ketiga teman-temannya bertanya tak percaya. “Bagaimana kalau yang pertama muncul itu adalah Pak Anwar?” celetuk Rey.

Semuanya terdiam untuk sejenak sambil membayangkan sosok yang disebut Rey barusan. Pak Anwar, pria gendut, berkepala botak lengkap dengan kacamata minus yang selalu ia pakai. Ditambah dengan raut wajah yang jelas-jelas sangar, hingga ia dijuluki “Dosen Killer” sontak membuat Rava bergidik ngeri. “Rava loe tertarik buat nunjukin pesona loe pada… bapak-bapak?” tanya Andre sambil berusaha menahan gelak tawa saat melihat tampang kecut Rava. “loe gila ya, biar keren gini gue juga masih waras kali! Ya gak mungkinlah gue macarin macan botak itu” Damprat Rava kesal. “wuahahhha. Oke aturan main kita rubah dikit. Siapapun wanita yang muncul pertama kali dari tembok itu, loe harus bisa naklukin dia dalam waktu satu bulan?. Bagaimana?” tawar Andre lagi. Rava kembali menimbang-nimbang keputusannya sebelum ia menyetujui tawaran itu. “Deal. Gue setuju” kata Rava akhirnya. “Baiklah, permainan dimulai. Kita lihat siapa yang beruntung” Sahut Andre sambil menatap lurus.

 

Satu menit, dua menit, bahkan sampai lima menit masih belum ada tanda-tanda kehadiran seorang wanita. Membuat keempat orang itu mendesah tak sabar dan hampir gila hanya karena menunggu seseorang. Tapi tunggu! Tepat dimenit kesembilan, mulai terdengar langkah kaki seseorang yang akan muncul dari balik tembok. Semuanya langsung pasang mata sambil menarik nafas menanti siapa yang akan datang, mulut semuanya langsung terbuka tak percaya akan apa yang dilihatnya. “Mungkin kali ini nasib loe lagi beruntung” ujar Andre kemudian mendorong tubuh Rava. Dengan langkah P.d Rava mendekati gadis itu dengan harapan bisa menyapanya sebagai awal dari kesuksesan.

“Hai,” itulah kata pertama yang keluar dari mulut Rava. Gadis itu tidak menjawab, masih menatap Rava dengan tatapan heran. “Gue Rava, mahasiswa teladan ditahun ini.” Lanjutnya. Belum sempat gadis itu bicara, Rava sudah lebih dulu memotongnya. “apa loe mau jadi pacar gue?,”. Mendengar perkataan Rava barusan, sontak membuat gadis itu melayangkan satu tamparan ke wajah Rava. “Aduh.. kok loe nampar gue?,” geramnya. “jangan kurang ajar jadi cowok!” maki gadis itu kemudian beranjak pergi. “Keberuntungan berujung maut…” lirih Irvan. Kini ketiga temannya menghampiri Rava. “Apa yang loe rasain Rav?,” tanya Andre yang memancing emosi Rava. “loe masih nanya? Nih yang gue rasain barusan!” kata Rava ikut menampar wajah Andre, kemudian pergi.

[ Kelas ]

            “Jadi segitu aja kemampuan loe buat naklukin cewek itu?,” tanya Andre menghampiri. “kalo gitu gue gak usah repot-repot ngumpulin uang 10 juta buat loe.” Sambungnya. Jelas Rava langsung menatapnya tajam. “gue belum nyerah. Loe pikir cuma segitu aja kemampuan gue? Jangan panggil gue Rava kalo naklukin cewek kayak gitu aja gue gak bisa.” Ucapnya menyombongkan diri.

~ ~ ~

“Dasar Rava brengsek”. Langkah Indah mendadak terhenti mendengar teriakan yang baru saja hinggap ditelinganya. Rava? Siapa Rava? Sepertinya ia baru mendengar nama itu. Awalnya Indah tidak bermaksud untuk menguping, namun rasa penasaran kini menggelayutinya. Ia terpaksa harus menguping dari balik tembok yang menghadap kepekarangan kampus dimana terdapat tiga orang cewek yang tidak diketahui siapa namanya sedang duduk disana.

            “Udahlah Lisa, lupain aja makhluk nggak berguna itu”. “lupain? Nggak akan semudah itu”. “terus loe mau ngapain?”. “Gue nggak akan pernah ma’afin dia, sampai kapanpun. Kalian bayangin, gue idola dikampus ini dijadikan bahan taruhan oleh si playboy brengsek itu. Dipermalukan di depan anak-anak, loe pikir gue akan diam aja?. Nggak!. Gue akan pastikan dia terima akibatnya” Dendam Lisa. “Maksud loe?” Tanya kedua temannya yang masih belum mengerti. Dan kalimat yang meluncur dari mulut Lisa benar-benar membuat Indah terlonjak kaget. Dengan hati-hati ia meninggalkan tempat persembunyiannya karena khawatir ketahuan oleh mereka jika menguping terlalu lama.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar