Translate

Sabtu, 26 November 2016

Make Me Fall In Love With You Part 2



Begitu kelas berakhir, dengan angkuhnya Rava melangkah keluar kelas diikuti ketiga sahabat karibnya. Tatapan dan decakan kagum dari lawan jenis masih saja ia temui. Meski imagenya benar-benar buruk. Terkenal sebagai playboy kelas kakap tapi tetap saja fansnya bejibun. Tak heran si, dengan ketampanan serta kekayaan yang dimilikinya di atas rata-rata mampu menutupi sejuta kekurangannya.

Sampai dipelataran parkir, Rava segera mengenakan helm dikepalanya. Kemudian melesat pergi mengendarai motor kesayangannya melaju pulang kerumah. Tepat ditikungan yang kebetulan sepi, mendadak Rava mengerem motornya. Tampak dihadapannya kini, terdapat beberapa orang bertampang sangar yang sepertinya sengaja menghadang. Tanpa diketahui, Rava sudah terlebih dahulu mendapat pukulan tepat dibagian kepala, membuatnya jatuh terlempar kearah motor dan ikut ambruk secara bersamaan. “mau apa kalian?”. Sebuah pukulan kembali mendarat ditubuh Rava secara bertubi-tubi sebagai jawaban atas pertanyaannya. Meski sebenarnya Rava juga sedikit jago bela diri, namun siapa yang sanggup jika mendapati pengeroyokkan seperti ini?. Dan kini keadaan Rava benar-benar terkulai lemas tak berdaya.

“STOPPP!!!”. Para preman itu serentak berhenti melakukan aktifitasnya dan menoleh kesumber suara. Walau setengah sadar tapi Rava masih mampu mengenali sosok itu. Dia kan… gadis sepuluh jutanya?. Apa yang dia lakukan disini?. “Hei, siapa kau. Apa yang kau lakukan disini?” tanya salah satu preman itu terdengar sangar yang membuat Indah, sosok gadis yang baru saja muncul sedikit bergidik ngeri. Mendadak merasa ragu dengan apa yang ia rencanakan. Ditariknya nafas dalam-dalam untuk menetralisir rasa takutnya. “Bukan siapa-siapa kok Pak. Cuma kebetulan lewat aja. Kayaknya… ada yang lagi dipukulin tuh pak? Kalau boleh tau, apa salah orang itu?” tanya Indah polos. Saking polosnya ia, sampai membuat Rava berpikir. Apa gadis itu sudah gila! melihat Rava yang sedang dipukuli bukannya menolong, tapi malah menonton. “Udah pak, gak perlu dijawab kok. Lanjutin aja aktifitasnya, nanti yang ada keburu basi loh mangsanya. Lagian saya juga disini cuma sebentar kok, lagi nungguin jemputan”. Terang Indah. “Jemputan siapa?,”tanya preman itu tak mengerti. “Jemputan bapak.”. “Apa? Siapa orang itu?”. “emm… petugas keamanan” jawab Indah terdengar santai. Tanpa banyak berkata-kata lagi, preman itu sudah lebih dulu meninggalkan tempat kejadian.

“Mau apa loe?”. Refleks Indah menoleh. Baru menyadari kalau saat ini ia tidak sendirian, ternyata makhluk yang satu itu masih terbaring betah di atas tanah. Dengan segera Indah menghampiri tubuh itu dan membantunya untuk bangkit berdiri kemudian duduk dipinggir jalan. “Loe kenapa ada disini? Dan apa yang loe lakuin barusan?” tanya Rava lagi. Sejenak Indah terdiam, mempautkan bibirnya tanda cemberut. Lagi pula sudah dibantuin bukannya bilang terima kasih tapi malah ngebawel. Dasar banci kampus!. “Masih nanya lagi. Jelas-jelas gue disini buat bantuin loe!” balas Indah sewot. “bantuin gue?” Kening Rava berkerut bingung.

 

“Terus loe pikir. Dengan kaburnya preman-preman tengik itu karena kemauan sendiri? Ya nggak lah. Mereka semua kabur karena berhasil gue bohongin soal petugas keamanan. Lagian polisi mana coba yang mau dateng ketempat sepi kayak gini”. Jelas Indah yang kemudian disusul tawa kecil dari bibirnya. Membuat Rava terpaku melihat keindahan senyum itu. “ke-kenapa loe ngeliatin gue kayak gitu? Awas jangan macem-macem sama gue!” ungkap Indah mendadak horror saat mendapati tatapan aneh yang memancar dari wajah Rava. Seolah baru sadar dari lamunannya, Rava segera mengalihkan tatapan itu kearah lain.

“Loe udah gila yah? Nekad bohongin preman kayak gitu. Gimana kalo sampai tadi tu preman gak percaya akan ancaman loe?”ucap Rava balik bertanya. “kok loe ngomongnya kayak gitu sih?”. “Inget, jangan pernah loe ngulangin hal bodoh seperti itu. Ntar yang ada gue lagi yang disalahin” tandas Rava penuh penekanan. “Iyya iyya bawel!” Umpat Indah. “Oya, emm gue mau jujur sama loe” ucap Rava. “jujur apaan?” tanya Indah merasa bingung. “sebenernya… gue ada kesepakatan sama teman-teman gue. Isi kesepakatannya… kalo gue berhasil naklukin hati loe selama satu bulan. Gue bakal menang taruhan.” jelas Rava yang sontak membuat Indah geram dan bangkit dari duduknya. “Apa? Jadi maksudnya, loe dan teman-teman loe jadiin gue barang taruhan? Wah gila loe!” rutuk Indah sewot. “Tunggu dulu. Sebenernya gue juga gak ada niat kali buat jadiin loe pacar gue, tapi ya mau gimana lagi. Kalo seandainya gue nolak, pasti ketenaran gue bakalan luntur belum lagi populasi fans gue juga bakalan menurun”. “loe enak-enakan numpang tenar pake nama gue sedangkan gue menderita karena jadi pacar taruhan loe. Loe pikir itu lucu?” Gadis itu makin sewot. “gini aja, gimana kalo kita fifthy fifthy?,” ucap Rava menawarkan. “otak loe tuh fifthy fifthy!” Cerca Indah kemudian berlalu pergi meninggal sosok Rava yang tengah mematung.

Untuk pertama kalinya setelah hampir tiga tahun Rava menjalani hari-hari sebagai mahasiswa dikampus itu, kini barulah ia berjalan menunduk merasa risih dengan tatapan seisi kelasnya. Karna sepertinya tatapan itu bukan tatapan yang biasa ia alami. Tetapi tatapan mereka kali ini adalah tatapan yang penuh dengan tanda tanya. “Hei bro. Kenapa sama wajah tampan loe? Abis dipukulin?” tanya Andre diikuti kedua temannya yang baru saja datang. “gue habis dihajar sama kumpulan preman sewaktu pulang kemaren”jawab Rava. “dipukulin sama preman? Emangnya apa yang udah loe lakuin sampe mancing harimau buat nyerang loe?” Sambung Irvan. “gue sendiri juga bingung dari mana asalnya tuh preman. Pas gue tiba ditikungan, tiba-tiba aja mereka langsung nyerang gue” jelas Rava membayangkan kejadian itu. “gue rasa ada orang lain dibalik itu semua” Ujar Andre. “Gue gak akan ngusut masalah itu sekarang. Tapi yang jelas begitu gue denger kabar soal itu, akan gue pastikan yang nyuruh tu preman bakalan abis!”. “yaudahlah, kita kekantin yok. Laper nih perut gue belum diisi dari semalem”Ajak Rey. “Ayo!!!” sahut mereka kemudian beranjak menuju kantin.

            “Sial,” rutuk Indah dalam hati begitu mendapati tiga orang cewek yang kini menghadangnya untuk masuk kekelas. “Siapa loe?,” tanya Lisa. Dari nadanya saja Indah sudah dapat merasakan kalau tidak ada aura persahabatan disana. “Nama gue Indah” ucapnya sambil mengulurkan tangan. Sedangkan Lisa hanya menatapnya sekilas tanpa ikut menyalaminya. “Ada urusan apa loe sama Rava?” tanya Lisa langsung.

“Yang jelas bukan urusan loe” balas Indah terdengar sinis. Membuat Lisa sedikit tersentak kaget. “denger ya, siapapun yang berurusan sama Rava menjadi urusan gue!” kata Lisa penuh penekanan. “Oh ya?” Indah pura-pura pasang tampang kaget. “termasuk para preman yang menghajar Rava kemaren?.”sambungnya.

“Apa?.” Kali ini Lisa tak mampu menyembunyikan tampang kagetnya. Indah sendiri hanya angkat bahu. “Ehem…” Lisa sedikit berdehem tak mau terpancing emosi. “Apa maksud loe barusan?” sambungnya lagi. Sejenak Indah tersenyum sinis, membuat Lisa jelas menatapnya kesal. “Karena wajah tampan yang ia miliki, ia menggunakan kelebihan itu untuk menyakiti orang. Tak ada salahnya kalau gue memberi dia sedikit pelajaran bukan?,” Sambung Indah sambil menirukan gaya Lisa. “Loe!!!” tunjuk Lisa kearah wajah Indah. “jadi sekarang loe mau ngancem gue?” tukas Indah. “gak ada untungnya juga gue ngancem loe!” balas Lisa yang tak kalah sinis. “yaudah kalau gitu. Berhenti ganggu gue, dan menyingkir sekarang juga. Gue mau lewat” tukasnya.

“Eh dengar ya? Loe pasti anak baru disini, jadi loe gak tau kan kalau gue ini siapa. Asal loe tau aja ya, gue idola dikampus ini. Jadi gak akan ada yang percaya sama ucapan loe kalau orang yang kemaren mukulin Rava itu suruhan gue. Secara loe kan gak punya bukti” kata Lisa sambil mendorong tubuh Indah ke dinding. “Soal gue gak punya bukti, loe salah.” belum sempat Lisa berujar, Indah sudah lebih dulu mengisyaratkannya agar menengok kebelakang. “Rava?” Ujar Lisa kaget, bingung, juga… takut. “Jadi para preman yang menghajar gue kemaren itu orang-orang suruhan loe?” Tembak Rava langsung.

Lisa hanya mampu menelan ludah. Mendadak seram saat mendapati tatapan tajam dari Rava. “Iya. Itu orang-orang suruhan gue. Yang sengaja gue bayar buat menghajar cowok brengsek kayak loe, yang udah seenaknya ngejadiin gue bahan taruhan. Puas loe sekarang? Terus sekarang loe mau apa?” tantang Lisa. Percuma ia menghidar, toh sudah tertangkap basah ini. “Loe…” tangan Rava siap terangkat keudara. Sementara Lisa langsung menutup mata terkejut akan reaksi Rava padanya. “Cuma pria pengecut yang berani melakukan tindakan kekerasan terhadap wanita”. Lisa segera membuka matanya. Begitu dilihat ternyata Indah sedang menahan tangan Rava yang tadinya akan melukai pipi mulus Lisa. “Loe sebenarnya belain gue apa dia sih?” gumam Rava frustasi sambil menarik kembali tangannya. Indah angkat bahu. “Gue gak belain siapa-siapa. Toh gak ada untungnya juga buat gue. Soal insiden kemarin, Lisa jelas punya alasan untuk melakukannya. Karena tindakan itu termasuk tindakan kriminal makanya gue berusaha untuk mencegah. Dan sekarang, loe marah sama dia berniat untuk melakukan kekerasan fisik, jelas gue tahan. Adil bukan?” terang Indah panjang lebar kemudian melengos pergi.
Starnightbloggeradreass.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar