Translate

Sabtu, 26 November 2016

Make Me Fall In Love With You Part 3


            “Dasar manusia gila, kurang kerjaan. Rese” Gerutu Indah sepanjang perjalanan menuju kekelasnya. Entah karena keasyikan menggerutu atau memang pikirannya saja yang sedang badmood, yang jelas saat tiba dibelokan koridor tak sengaja ia menabrak seseorang. Membuat gadis itu yang ternyata sedang membawa banyak buku langsung berserakan di lantai.
“Sory sory, gue nggak sengaja” Sesal Indah sambil berjongkok membantu mengumpulkan buku-buku itu. Setelah kembali tertata rapih, barulah Indah berani menatap sosok yang barusan ia tabrak itu. Bulu matanya yang lentik serta kulit wajahnya yang halus bebas dari jerawat membuat wajah bulatnya terlihat lebih cantik. “eh sekali lagi ma’af ya. Gue jalan nggak liat-liat” ulang Indah merasa bersalah. “nggak papa kok. Kayaknya tadi itu gue deh yang salah karena terlalu ceroboh bawa bukunya” Balas gadis itu sambil berdiri. “Indah,” Tanpa diminta Indah langsung menyodorkan tangannya. “Clara” balas gadis itu sambil menyambut uluran tangan Indah. “Eum… mahasiswi baru yah?” Tambah Clara. “kok tau?” Tanya Indah balik. “soalnya gue baru liat”. “Ohh. Oh ya, buru-buru banget memangnya mau kemana?” Tanya Indah mengalihkan pembicaraan. “tadinya si pengen kekantin, tapi… berhubung sebentar lagi udah mau masuk. Gak jadi deh, mau langsung kekelas aja” sahut gadis itu. “emm kalo boleh tau kelas mana emang?” tanya Indah lagi. “jurusan sastra, Semester tiga ruang 3C”. “kok sama?” tanya Indah kaget. “masa sih?” tanya Clara ikutan kaget. “Yaudah yuk bareng!” Ajak Indah.
“Oh ya ra, ngomong-ngomong loe kenal Rava gak???” tanya Indah sambil menyantap mie soto pesanannya. “Rava?. Maksud loe dia?” tanya Clara balik sambil menunjuk keluar melewati jendela kantin. “Tentu. Siapa sih yang gak kenal sama prince playboy,” balas Clara santai sambil menggigit pisang goreng. “Oh ya? Emang dia beneran playboy?” tanya Indah terlihat tertarik. “emmm” Clara mengangguk membenarkan. “bahkan asal loe tau aja. Bukan cuma playboy tu orang, tapi juga kurang ajar. Dua hari yang lalu, dia mutusin si Lisa. Cewek idola di kampus kita. Katanya dia jadian sama tu cewek cuma karena teman-temannya nantangin dia buat jadi taruhan, kan overdosis banget tuh orang! Gila kali ya?” jelas Clara sambil menggeleng tak percaya. Indah kembali terdiam. Sekarang ia baru mengerti kenapa Lisa begitu benci pada Rava sampe-sampe harus nyewa preman segala. Sepertinya itu memang balasan yang pantas untuknya. “tapi dari mana loe bisa tau kalo dia playboy?” tanya Clara yang membuat Indah mau tak mau harus menjelaskan kenapa ia bertanya seperti itu.
“Apa? Loe adalah target selanjutnya?”. “Demi apapun Indah benar-benar menyesali karena sudah berkata jujur kepada Clara. Saat ini puluhan pasang mata tengah menatap lurus kearah Indah. “kenapa gak sekalian aja loe minjem mic di kampus atau kalau perlu buat iklan dikoran” Gerutu Indah kesal. “Ups, sory gue kelepasan” Bisik Clara merasa bersalah. “giliran minta ma’af aja loe, baru bisik-bisik” Umpat Indah. “Apa! Jadi bener, Rava melakukan taruhan lagi? Dan… target selanjutnya itu elo?” tanya seseorang yang tidak diketahui namanya. Akhirnya dengan berat hati Indah mengangguk, yang sontak membuat mereka tambah melotot.
“Kok bisa? Gimana ceritanya? Lagi juga loe gak cantik-cantik amat tuh”. “mana gue tau. Kalau kalian mau tau tanyain aja langsung sama si Rava!” Gertak Indah dan segera menyeret Clara untuk meninggalkan kantin. “Ma’af tadi gue nggak sengaja” kata Clara lirih. Untuk sejenak Indah menghentikan langkahnya. Menatap kearah Clara yang terlihat merasa bersalah. “Udahlah, lupain aja. Gue tau kok kalo loe gak sengaja,” kata Indah akhirnya. “Tapi… “ Clara tidak jadi melanjutkan ucapannya. Matanya lurus menatap sosok yang kini berdiri di belakang Indah. Awalnya Indah merasa ada yang aneh, ternyata benar saja begitu dilihat ternyata pria itu muncul lagi.
“Ya Tuhan… “ Gumam Indah frustasi sambil mengusap keningnya. “Loe kenapa? Sakit?” tanya Rava yang hendak melangkah untuk mendekat. Namun dengan sigap Indah menyetopnya. “ekh, mau apa loe? Jangan deket-deket. Gue gak mau dideketin sama banci kampus kayak loe!” Damprat Indah sewot. Kemudian tanpa kata segera berlalu. “kenapa tu anak? Lagi dateng bulan ya?” tanya Rava kearah Clara yang masih berdiri dihadapannya. “Bukannya itu gara-gara loe ya?” Cibir Clara sinis. “Gue?” tunjuk Rava kearah wajahnya sendiri. “Iya. Lagian ngapain coba, loe jadiin dia target taruhan loe selanjutnya?”. “Kok loe tau?” tanya Rava makin kaget. “Bukan cuma gue. Tapi gue bisa jamin, sebentar lagi seluruh anak kampus juga bakalan tau”. “Hah?”. Mulut Rava hanya mampu melongo terbuka. Sementara Clara sama sekali tak tertarik untuk melanjutkan pembicaraan. Ia lebih memilih mengejar Indah. Memastikan kondisinya sekarang.
Setelah membasuh mukanya dengan air keran, tangan Indah terulur meraih tisu. Mengeringkan wajahnya. Sejenak di tatapnya bayangan di cermin. Raut lelah jelas tergambar disana. Tak ingin berlama-lama Indah segera melangkah keluar. Tepat dipintu langkahnya terhenti. Menatap sosok tubuh yang kini berhadapan dengannya.
“Gue minta ma’af untuk masalah kemarin” Gumam Lisa yang terdengar menyesal. “maksud loe?” Tanya Indah tak percaya. “Soal masalah kemarin. Gue mau minta ma’af sama loe” ulang Lisa. “Ehem.. gak apa-apa kok. Lagian loe gak punya salah juga sama gue” kata Indah akhirnya. “Tapi kemarin gue sempat bersikap gak wajar sama loe”. Indah hanya membalas dengan senyuman. “Lisa,” tiba-tiba Lisa mengulurkan tangannya. “Indah,” jawab Indah dan segera menyalami tangan Lisa. “Selain minta ma’af. Gue juga mau berterima kasih sama loe, karena loe udah mau belain gue di hadapan Rava”. “nggak masalah. Gue cuma ngelakuin apa yang menurut gue benar.”. “Kalau gitu mulai sekarang loe mau jadi sahabat gue kan?” tanya Lisa lagi. Indah terdiam sejenak. Sampai kemudian sebuah senyuman terukir di bibirnya. “kenapa nggak?”. Kali ini benar-benar senyuman mengembang di kedua wajah cantik itu.
Saat kelas berakhir Indah segera membereskan buku-bukunya. Kemudian berjalan beriringan dengan Clara menuju halaman kampus. Sepanjang perjalanan mereka saling berbagi cerita. “Oh jadi loe pulang naik bus?” Tanya Clara. Kepala Indah mengangguk membenarkan.
 
“O… yaudah kalau gitu sory ya, gue duluan” Tambah Clara lagi saat melihat mobil berwarna silver sudah terparkir tak jauh di hadapannya. “Oke… hati-hati ya”. “Sip… loe juga”. Kata terakhir yang keluar dari mulut Clara sebelum menghilang bersama mobilnya. Begitu Indah sampai di halte, suara klakson mengagetkannya secara tiba-tiba. “Mau pulang ya?” tanya pria itu yang ternyata adalah Rava. “Gak. Mau kepasar jualan sayur!” jawab Indah ketus. Suara tawa kontan terdengar dari mulut Rava. “Ya elah jadi cewek judes amat si? Ntar gak punya pacar lo.” Kata Rava setengah meledek. “Siapa bilang? Justru malah ada yang niat banget buat bisa macarin gue biar dapet sepuluh juta” Tembak Indah. ~ Glek. Skak mat. Tawa Rava langsung terhenti mendengar kalimat sindiran yang jelas-jelas tertuju kepadanya. “Ehem, kalo loe mau pulang, gue gak keberatan kok buat nganterin” ucap Rava mengalihkan pembicaraan. “Gak perlu! Gue masih sanggup bayar bus buat nganterin gue sampe kerumah.”. Tak lama kemudian sebuah bus berhenti dihadapan mereka. Indah segera memasuki bus itu. Sedang Rava hanya menatapnya sambil melongo.
Selesai mengunci pintu pagar, Indah segera melangkah. Suara klakson motor mengagetkan nya. Dan lebih kaget lagi ia saat melihat Rava yang duduk diatas motor lengkap dengan senyum manis dibibirnya. “Pagi Indah,” Sapa pria itu sambil melambai ramah. “Loe kenapa bisa ada disini?” tanya Indah mengabaikan sapaan Rava. “tentu aja buat jemput loe supaya kita bisa pergi bareng”. “Hah?” gumam Indah tak percaya. “Akh loe makin kelihatan imut deh kalau lagi kaget kayak gitu,” puji Rava. Dengan cepat Indah segera menoleh kearah lain. “dari mana loe tau kalo gue tinggal disini?,”. “gue kan ikutin loe kemarin” Aku Rava santai. “Hah?” Indah kembali terkejut. “Mentang-mentang gue bilang loe imut kalau kaget, pake acara tayang ulang segala,” Komentar Rava membuat Indah segera mengganti ekspresinya. “Jadi, loe mau pergi bareng gue kan?” Tawar Rava kemudian. “nggak, makasih”. Tolak Indah kemudian melangkahkan kakinya berniat untuk meninggalkan Rava.
“Indah, kenapa si cowok sekeren gue loe tolak juga?” Tanya Rava yang kontan membuat Indah berbalik menatapnya. Mata Indah terarah lurus kearah Rava dengan tatapan mengamati. Kemeja lengan pendek dipadu dengan jaket beserta jins hitam serta sepatu yang terpasang rapi dikakinya. Ditambah dengan motor sport dan helm berwarna hitam. “Ah benar juga. Gue baru nyadar kalau loe ternyata beneran keren,” Aku Indah santai. Sedangkan Rava hanya melotot kaget. “beneran gadis itu memuji penampilan gue?” batin Rava dengan wajah yang kini terlihat nerves. “Tapi sayang, kelebihan itu loe gunain sebagai playboy.” Tambah Indah angkat bahu. Kemudian berbalik kembali. Meninggalkan Rava dengan tampang syoknya.
“Loe emang demen banget ya angkat orang tinggi-tinggi terus abis itu loe hempaskan kedasar bumi,” Tukas Rava kesal sambil berusaha mensejajarkan langkahnya disamping Indah. Indah menghentikan langkahnya. Kemudian menatap kebelakang. “Kok motor loe ditinggal?”. “Ya loe gak mau pergi bareng gue pake motor, yaudah kalau gitu biar gue yang ikutan naik bus” Sahut Rava santai. “emang loe gak takut tu motor hilang?”. “gue anak orang super kaya asal loe tau. Urusan motor hilang mah tinggal beli aja lagi yang bagusan”. “Orang kayak kok sombong. Dasar gila!” Umpat Indah yang mendadak mualnya kumat.Starnightbloggeradreass.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar